Empat
Kebenaran Mulia
Pada
saat pencerahan, Buddha menyadari Empat Kebenaran Mulia.
Jalan Mulia Berunsur Delapan
Tiga Karateristik Kehidupan
Buddha juga menemukan bahwa semua kehidupan memiliki tiga karateristik.
Kelahiran Kembali
-
Semua
makhluk adalah sasaran dari Dukkha.
Dukkha biasanya diterjemahkan sebagai penderitaan tetapi sesungguhnya ia meliputi jangkauan luas dari perasaan negatif termasuk tekanan, ketidak-puasan dan penderitaan jasmani. Dukkha timbul sebab semua makhluk merupakan sasaran dari penyakit, berpisah dengan yang dicintai, tidak mendapatkan apa yang diinginkan, mengalami penuaan dan kematian.
-
Dukkha
timbul dari hasrat dan keinginan.
Semua makhluk menginginkan sensasi yang menyenangkan, dan juga berhasrat untuk menghindari sensasi yang tidak menyenangkan. Sensasi-sensasi ini dapat berupa jasmani maupun mental dan dukkha timbul ketika hasrat dan keinginan tidak dapat dipenuhi.
-
Dukkha
dapat diatasi dengan mengakhiri hasrat dan keinginan.
Nibbana adalah suatu keadaan tenang dimana semua ketamakan, kebencian dan kebodohan, demikian dukkha, telah diakhiri.
-
Ada
cara mengakhiri Dukkha, yakni Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Dukkha dapat dikurangi, dilemahkan dan akhirnya dilenyapkan dan Nibbana dicapai dengan mengikuti jalan yang telah diajari Buddha.
Ajaran Buddha
terkadang dikritik terlalu pesimis karena kelihatannya berfokus pada
penderitaan daripada kebahagiaan dan kesenangan. Tetapi semua kondisi dari
kebahagiaan dan kesenangan adalah tidak kekal karena semua makhluk adalah
sasaran dari penyakit, penuaan dan kematian, dan sebagai akibatnya, semua
makhluk tanpa dapat menolak merupakan sasaran dari dukkha.
Sebaliknya,
ajaran Buddha sebenarnya bersifat nyata karena Buddha telah mengajari kita
bagaimana caranya untuk mengatasi atau mengurangi dukkha, dan bagaimana
caranya mencapai kebahagiaan abadi dari Nibbana. Dengan mengikuti Jalan
Mulia Berunsur Delapan yang diajarkan Buddha, Nibbana dapat dialami bahkan
di kehidupan saat ini.
Jalan Mulia Berunsur Delapan
-
Pandangan
Benar
Memahami dan menerima Empat Kebenaran Mulia.
-
Pikiran
Benar
Mengembangkan pikiran yang dermawan, cinta kasih dan belas kasih.
-
Ucapan
Benar
Menghindari kebohongan, fitnah, ucapan kasar dan gossip. Untuk mengupayakan ucapan yang jujur, mendamaikan, yang baik dan bermanfaat.
-
Perbuatan
Benar
Menghindari pembunuhan, pencurian dan perzinahan. Untuk mengupayakan cinta kasih, kejujuran dan kesetiaan.
-
Penghidupan
Benar
Menghindari pekerjaan yang meliputi pembunuhan (manusia dan hewan), menjual daging hewan, perdagangan manusia, senjata, racun dan minuman yang memabukkan. Pekerjaan yang tidak etis, tidak bermoral dan tidak sesuai dengan hukum seharusnya juga dihindari.
-
Usaha
Benar
Menerapkan disiplin mental dalam mencegah timbulnya pikiran jahat, dan untuk menghilangkan pikiran jahat yang telah timbul. Dalam mengembangkan pikiran baik, dan untuk mempertahankan pikiran baik yang telah timbul.
-
Perhatian
Benar
Memperhatikan tubuh, posisi tubuh dan sensasi. Memperhatikan pikiran dan bentuk-bentuk pemikiran, emosi dan perasaan.
-
Konsentrasi
Benar
Mempraktekkan meditasi untuk melatih pikiran yang manunggal dan terarah dalam mengembangkan dan memperoleh kebijaksanaan.
Tiga Karateristik Kehidupan
Buddha juga menemukan bahwa semua kehidupan memiliki tiga karateristik.
Anicca
Segala sesuatu tidak kekal, dan segala sesuatu berada dalam proses perubahan menjadi sesuatu yang lainnya. Misalnya, kita semua berada dalam proses penuaan. Bahkan bintang dan galaxi juga dalam proses perubahan.Dukkha
Karena segala sesuatu tidak kekal, kehidupan merupakan sasaran dari penderitaan. Selalu saja ada hasrat terhadap yang menyenangkan, dan juga penolakan terhadap yang tidak menyenangkan, yang dihasilkan dari sifat alami kehidupan yang terus berubah.Anatta
Tidak ada diri yang kekal atau yang tidak berubah. ‘Diri’ yang keberadaannya kita percayai, tak lain hanya terdiri dari berbagai unsur mental dan jasmani, yang berada dalam keadaan yang terus berubah oleh proses Sebab dan Akibat.
Kelahiran Kembali
Karena tidak
adanya diri yang kekal/tidak berubah, ajaran Buddha menolak keberadaan
jiwa/roh yang kekal/tidak berubah yang berpindah dari satu kehidupan ke
kehidupan berikutnya. Menurut ajaran Buddha, batin atau kesadaran bergerak
dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.
Dalam paradoks
yang nampak ini, orang yang berusia 70 tahun tidaklah berbeda ataupun
serupa dengan orang semasa dia berusia 20 tahun. Perbedaan dan persamaan
ini secara mental dan jasmani. Begitu juga, batin atau kesadaran yang
bergerak dari satu kehidupan ke kehidupan yang berikutnya tidaklah berbeda
ataupun serupa dengan yang ada di kehidupan sebelumnya.
Misalnya, jika
nyala api dari satu lilin digunakan untuk menyalakan lilin yang lain,
nyala api dari lilin kedua tidaklah serupa ataupun berbeda dari nyala api
lilin pertama. Walaupun nyala api dari lilin kedua berasal dari lilin
pertama.
Kamma dibawa
serta oleh kesadaran menuju kehidupan yang berikutnya.
Konsep
ini akan susah untuk dipahami pertama kalinya. Namun, dengan pengetahuan
dan pemahaman, dan praktek meditasi pandangan terang, realisasi dan
pengetahuan akhir akan timbul di dalam diri seorang praktisi.
0 komentar :
Posting Komentar