Jika tidak tahu apa yang ingin difoto, imajinasi kadang-kadang sangat
membantu saya. Sering kali ketika melihat sesuatu, saya suka
berimajinasi yang aneh-aneh. Contohnya, pada hunting foto ke Sawarna
yang lalu, ketika Enche dengan asyiknya foto karang dan ombak, saya
malah berimajinasi sendiri ketika melihat sebuah pohon yang berdiri
sendiri.
Pohon tersebut cukup unik, hanya satu dan berdiri di tebing yang agak melengkung. Sebagai tambahan, saya menyukai foto-foto bertema sedih dan siluet (tidak jarang kena complain akibat foto-foto saya kebanyakan under exposure ^^). Mungkin karena itu, saya bisa merasakan getaran kesepian yang dipancarkan oleh pohon tersebut. XD – cie ilehh..
Awalnya saya foto pada jarak yang cukup jauh dan pada saat itu cuaca cukup cerah dan awannya sangat sedikit. Karena langit cukup terang, saya berusaha untuk mendapatkan settingan dengan menyelamatkan bagian langit agar tidak terlalu terang. Oleh sebab itu, bagian bumi/tanah menjadi gelap. Saya tidak kuatir dengan hal tersebut, karena saya malah menyukai suasana gelap yang ditimbulkan soalnya bagian bumi/tanahnya kurang menarik. Lagipula, jika bagian tanah/buminya diterangin belum tentu akan memunculkan suasana kesendirian/suram.
Setelah mengambil satu foto pohon tersebut, saya kembali mengambil foto-foto karang dan ombak yang konon menjadi pusat perhatian sebagai objek foto. Hampir sekitar satu jam, saya kaget ketika menoleh kembali ke arah pohon tersebut. Ternyata ada formasi awan yang menambah suasana menjadi lebih romantis. Tanpa banyak pikir lagi, saya kembali membidik.
Foto itu kemudian saya edit dengan mengubah menjadi B&W (hitam putih), namun menimbulkan banyak noise. Cuek sajalah. Saya kira dengan adanya noise tersebut, malah memperkuat kesan misterius dan kesedihan yang ditimbulkan.
Ternyata, si Enche tidak tahan dengan hasil editan saya. Maklum, saya masih amatiran dan saya tidak tahan kalau harus duduk lama di depan kompie. Lagian saya juga bingung, foto itu harus dibumbuin kayak gimana lagi supaya bagus. Akhirnya, malah diedit olehnya menjadi lebih soft.
Dari semua foto tersebut, saya suka dengan ketiga foto tersebut. Masing-masing memberikan arti yang berbeda.
Menurut saya, foto pertama memberikan kesan damai. Foto kedua memberikan kesan sedih dan kesepian sedangkan foto ketiga diedit dengan teknik yang cukup sulit. Tekstur awan akibat noise di editan saya, tampak lebih soft serta detail dari karang-karang yang sudah gelap di foto aslinya berhasil diselamatkan. Editan tersebut memperkuat cerita bahwa pohon tersebut hidup sendirian di lingkungan yang keras dan terjal.
Pembaca suka yang mana?
Pohon tersebut cukup unik, hanya satu dan berdiri di tebing yang agak melengkung. Sebagai tambahan, saya menyukai foto-foto bertema sedih dan siluet (tidak jarang kena complain akibat foto-foto saya kebanyakan under exposure ^^). Mungkin karena itu, saya bisa merasakan getaran kesepian yang dipancarkan oleh pohon tersebut. XD – cie ilehh..
Awalnya saya foto pada jarak yang cukup jauh dan pada saat itu cuaca cukup cerah dan awannya sangat sedikit. Karena langit cukup terang, saya berusaha untuk mendapatkan settingan dengan menyelamatkan bagian langit agar tidak terlalu terang. Oleh sebab itu, bagian bumi/tanah menjadi gelap. Saya tidak kuatir dengan hal tersebut, karena saya malah menyukai suasana gelap yang ditimbulkan soalnya bagian bumi/tanahnya kurang menarik. Lagipula, jika bagian tanah/buminya diterangin belum tentu akan memunculkan suasana kesendirian/suram.
Setelah mengambil satu foto pohon tersebut, saya kembali mengambil foto-foto karang dan ombak yang konon menjadi pusat perhatian sebagai objek foto. Hampir sekitar satu jam, saya kaget ketika menoleh kembali ke arah pohon tersebut. Ternyata ada formasi awan yang menambah suasana menjadi lebih romantis. Tanpa banyak pikir lagi, saya kembali membidik.
Foto itu kemudian saya edit dengan mengubah menjadi B&W (hitam putih), namun menimbulkan banyak noise. Cuek sajalah. Saya kira dengan adanya noise tersebut, malah memperkuat kesan misterius dan kesedihan yang ditimbulkan.
Ternyata, si Enche tidak tahan dengan hasil editan saya. Maklum, saya masih amatiran dan saya tidak tahan kalau harus duduk lama di depan kompie. Lagian saya juga bingung, foto itu harus dibumbuin kayak gimana lagi supaya bagus. Akhirnya, malah diedit olehnya menjadi lebih soft.
Dari semua foto tersebut, saya suka dengan ketiga foto tersebut. Masing-masing memberikan arti yang berbeda.
Menurut saya, foto pertama memberikan kesan damai. Foto kedua memberikan kesan sedih dan kesepian sedangkan foto ketiga diedit dengan teknik yang cukup sulit. Tekstur awan akibat noise di editan saya, tampak lebih soft serta detail dari karang-karang yang sudah gelap di foto aslinya berhasil diselamatkan. Editan tersebut memperkuat cerita bahwa pohon tersebut hidup sendirian di lingkungan yang keras dan terjal.
Pembaca suka yang mana?
0 komentar :
Posting Komentar