Ajaran Buddha,
yang juga dikenal sebagai Dhamma, disusun dalam tiga set buku secara
terpisah. Buku-buku ini secara kolektif dikenal sebagai Tipitaka, atau
Tiga Keranjang. Jumlah keseluruhan dari materinya sangat luas dan
diperkirakan dua kali lebih dari Encyclopaedia Britannica.
Walaupun
beberapa perubahan dan perbaikan di Tipitaka tidak terelakkan dalam masa
2500 tahun atau selama keberadaannya, diperkirakan sekitar 90% dari ajaran
masih bertahan. Ini disebabkan pada saat pembacaan/pengulangan ajaran, hal
itu dilakukan oleh beberapa ratus bhikkhu yang mengulangnya secara bersama-sama
pada waktu yang bersamaan. Ketika pada akhirnya dilakukan dalam bentuk
tulisan sekitar 80 BC, sekelompok besar para bhikkhu juga mengambil bagian
dalam tugas ini dalam kesatuan. Hal ini membuat perubahan Tipitaka sangat
sulit. Teks asli yang bertahan saat ini di simpan dengan baik di Sri
Lanka.
Sutta
Pitaka
Dibagi ke dalam lima kumpulan yang berbeda, Sutta Pitaka berisi semua kotbah-kotbah Buddha beserta beberapa kotbah dari siswa yang paling senior. Buddha sangat sukses dalam membabarkan ajarannya karena Beliau menggunakan bahasa umum yang dipakai orang-orang yang disebut Pali.
Dibagi ke dalam lima kumpulan yang berbeda, Sutta Pitaka berisi semua kotbah-kotbah Buddha beserta beberapa kotbah dari siswa yang paling senior. Buddha sangat sukses dalam membabarkan ajarannya karena Beliau menggunakan bahasa umum yang dipakai orang-orang yang disebut Pali.
Beliau
menyesuaikan sikap dan cara dari menyampaikan kotbah sehingga untuk orang
biasa Beliau menggunakan konsep yang lebih sederhana, dan ide yang lebih
rumit untuk pendengar yang terpelajar dan intelektual. Beliau mengajari
semuanya mulai dari petani sampai raja.
Ajarannya
berkisar dari panduan untuk keteladanan individu sampai komentar mendalam
tentang filsafat politik dan sosial. Mereka bersifat pragmatis dan siap
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan walaupun diajari lebih
dari 2500 tahun yang lalu, ajaran Beliau masih tepat guna sampai saat ini.
Vinaya
Pitaka
Juga terbagi ke dalam lima buku, Vinaya Pitaka menetapkan peraturan dan panduan bagi Sangha atau komunitas bhikkhu dan bhikkhuni. Dengan setiap bhikkhu dan bhikkhuni yang memiliki hak yang sama, Sangha mungkin saja merupakan organisasi demokrat paling tua yang masih berfungsi sampai saat ini.
Juga terbagi ke dalam lima buku, Vinaya Pitaka menetapkan peraturan dan panduan bagi Sangha atau komunitas bhikkhu dan bhikkhuni. Dengan setiap bhikkhu dan bhikkhuni yang memiliki hak yang sama, Sangha mungkin saja merupakan organisasi demokrat paling tua yang masih berfungsi sampai saat ini.
Abhidhamma
Pitaka
Dikenal sebagai ajaran Buddha yang lebih tinggi, Abhidhamma Pitaka adalah pendekatan Dhamma yang bersifat penting dan sangat rumit dan juga sangat mendalam. Berisikan doktrin Buddhis yang disusun dan dikelompokkan secara sistematis menjadi tujuh set buku.
Dikenal sebagai ajaran Buddha yang lebih tinggi, Abhidhamma Pitaka adalah pendekatan Dhamma yang bersifat penting dan sangat rumit dan juga sangat mendalam. Berisikan doktrin Buddhis yang disusun dan dikelompokkan secara sistematis menjadi tujuh set buku.
Walaupun secara tradisi dihubungkan dengan
Buddha, banyak komentator sekarang menganggap Abhidhamma bagian dari
tulisan bhikkhu-bhikkhu terpelajar yang mencampurnya ke dalam ajaran
Buddha sehingga terbentuklah kumpulan yang menakjubkan ini.
Abhidhamma
berhubungan dengan konsep kehidupan dan realitas. Menganalisa proses
pemikiran manusia dan menyelidiki unsur dari pikiran dan bentuk-bentuk
pikiran. Banyak konsep darinya berkenaan dengan realitas dan persepsi yang
telah mengantisipasikan tugas dari pemikir modern dan ilmuwan.Tradisi-tradisi umat Buddha
Mengapa terdapat bermacam-macam tradisi umat Buddha?
Ajaran Buddha
ditemukan lebih dari 2500 tahun yang lalu, dan melalui perjalanan waktu
yang panjang ini, telah berkembang tiga tradisi utama. Perkembangan ini
terbentuk seiring dengan penyesuaian ajaran Buddha dengan kondisi dan
kebudayaan dari berbagai negara dimana ajaran tersebut tersebar.
Akan tetapi,
ajaran Buddha telah terbukti bertahan, sementara kulit luar mungkin
berbeda, inti ajaran Buddha tetap sama untuk semua tradisi. Misalnya,
persetujuan atas inti ajaran, atau “Titik yang menyatukan” di antara
tradisi yang berbeda dengan resmi disahkan oleh Sidang Sangha Buddhis
Sedunia di Sri Lanka pada tahun 1966.
Umat
Buddha menerima dan menghargai perbedaan, dan menganggap bermacam-macam
tradisi hanyalah sebagai jalur yang berbeda untuk tujuan yang sama. Pada
umumnya, tradisi yang berbeda-beda ini membantu dan mendukung satu sama
lain di sepanjang jalur ini.
Secara singkat, apa sebenarnya tradisi Buddhis yang bermacam-macam ini?
Tradisi
Theravada adalah yang tertua dan yang paling konservatif. Ia paling dekat
dengan ajaran murni/awal Buddhis seperti yang diajarkan oleh Buddha
sendiri. Ia lebih sederhana dari tradisi lain dalam pendekatan, dengan
sedikit upacara dan ritual, menekankan hanya pada disiplin dan moralitas
dan praktek dari meditasi.
Tradisi Mahayana
mulai berkembang di India sekitar 200 B.C. dan 100 A.D. Ia telah
menyesuaikan diri dengan bermacam-macam kebudayaan Asia yang menyerap
unsur ajaran Hindu dan ajaran Tao. Ajaran Buddhis Mahayana menekankan pada
belas kasih dan keyakinan dengan tujuan membantu yang lainnya meraih
pencerahan. Sekte Zen, Nichiren dan Tanah Suci tergolong dalam ajaran
Buddhis Mahayana.
Tradisi
Vajrayana atau Tibet muncul di India sekitar 700 A.D. ketika
bhikkhu-bhikkhu Buddhis India membawa ke Tibet label ajaran Buddha dengan
praktek Tantra. Ini dikombinasikan dengan unsur agama Bon setempat,
memberikan Vajrayana beberapa latihan-latihan uniknya. Ia cenderung
bersandaran lebih pada ritual, pembacaan mantra dan visualisasi. Tokoh
Buddhis yang paling terkenal, Dalai Lama, adalah kepala spiritual dari
tradisi Vajrayana.
Mengapa kata-kata yang sama dieja secara berbeda dalam tradisi Buddhis yang berbeda-beda?
Di jaman Buddha,
bahasa yang umumnya dipakai adalah Pali, berlawanan dengan Sansekerta yang
digunakan terutama oleh Brahmin, pendeta ajaran Hindu. Buddha memilih
untuk berbicara dan mengajar dalam Pali secara umumnya sebab Beliau
menginginkan sebanyak mungkin orang untuk belajar dan mendapatkan manfaat
dari ajarannya.
Sekolah Buddhis
Theravada menggunakan ejaan dan pelafalan dalam Pali, dan sekolah
Mahayana/Zen dan Tibet menggunakan Sansekerta pada umumnya. Contoh dari
ejaan Pali adalah Dhamma, kamma dan Nibbana. Versi Sansekerta dari
kata-kata ini adalah Dharma, karma dan nirvana.
Buku
kecil ini menggunakan ejaan Pali sebab Pali adalah bahasa yang paling
dekat dengan apa yang digunakan oleh Buddha sendiri.
0 komentar :
Posting Komentar