Minggu, 30 Desember 2012

Ajaran Buddha, yang juga dikenal sebagai Dhamma, disusun dalam tiga set buku secara terpisah. Buku-buku ini secara kolektif dikenal sebagai Tipitaka, atau Tiga Keranjang. Jumlah keseluruhan dari materinya sangat luas dan diperkirakan dua kali lebih dari Encyclopaedia Britannica.
Walaupun beberapa perubahan dan perbaikan di Tipitaka tidak terelakkan dalam masa 2500 tahun atau selama keberadaannya, diperkirakan sekitar 90% dari ajaran masih bertahan. Ini disebabkan pada saat pembacaan/pengulangan ajaran, hal itu dilakukan oleh beberapa ratus bhikkhu yang mengulangnya secara bersama-sama pada waktu yang bersamaan. Ketika pada akhirnya dilakukan dalam bentuk tulisan sekitar 80 BC, sekelompok besar para bhikkhu juga mengambil bagian dalam tugas ini dalam kesatuan. Hal ini membuat perubahan Tipitaka sangat sulit. Teks asli yang bertahan saat ini di simpan dengan baik di Sri Lanka.

Sutta Pitaka
Dibagi ke dalam lima kumpulan yang berbeda, Sutta Pitaka berisi semua kotbah-kotbah Buddha beserta beberapa kotbah dari siswa yang paling senior. Buddha sangat sukses dalam membabarkan ajarannya karena Beliau menggunakan bahasa umum yang dipakai orang-orang yang disebut Pali.
Beliau menyesuaikan sikap dan cara dari menyampaikan kotbah sehingga untuk orang biasa Beliau menggunakan konsep yang lebih sederhana, dan ide yang lebih rumit untuk pendengar yang terpelajar dan intelektual. Beliau mengajari semuanya mulai dari petani sampai raja.
Ajarannya berkisar dari panduan untuk keteladanan individu sampai komentar mendalam tentang filsafat politik dan sosial. Mereka bersifat pragmatis dan siap untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan walaupun diajari lebih dari 2500 tahun yang lalu, ajaran Beliau masih tepat guna sampai saat ini.
Vinaya Pitaka
Juga terbagi ke dalam lima buku, Vinaya Pitaka menetapkan peraturan dan panduan bagi Sangha atau komunitas bhikkhu dan bhikkhuni. Dengan setiap bhikkhu dan bhikkhuni yang memiliki hak yang sama, Sangha mungkin saja merupakan organisasi demokrat paling tua yang masih berfungsi sampai saat ini.
Abhidhamma Pitaka
Dikenal sebagai ajaran Buddha yang lebih tinggi, Abhidhamma Pitaka adalah pendekatan Dhamma yang bersifat penting dan sangat rumit dan juga sangat mendalam. Berisikan doktrin Buddhis yang disusun dan dikelompokkan secara sistematis menjadi tujuh set buku.
Walaupun secara tradisi dihubungkan dengan Buddha, banyak komentator sekarang menganggap Abhidhamma bagian dari tulisan bhikkhu-bhikkhu terpelajar yang mencampurnya ke dalam ajaran Buddha sehingga terbentuklah kumpulan yang menakjubkan ini.
Abhidhamma berhubungan dengan konsep kehidupan dan realitas. Menganalisa proses pemikiran manusia dan menyelidiki unsur dari pikiran dan bentuk-bentuk pikiran. Banyak konsep darinya berkenaan dengan realitas dan persepsi yang telah mengantisipasikan tugas dari pemikir modern dan ilmuwan.



Tradisi-tradisi umat Buddha
Mengapa terdapat bermacam-macam tradisi umat Buddha?
Ajaran Buddha ditemukan lebih dari 2500 tahun yang lalu, dan melalui perjalanan waktu yang panjang ini, telah berkembang tiga tradisi utama. Perkembangan ini terbentuk seiring dengan penyesuaian ajaran Buddha dengan kondisi dan kebudayaan dari berbagai negara dimana ajaran tersebut tersebar.
Akan tetapi, ajaran Buddha telah terbukti bertahan, sementara kulit luar mungkin berbeda, inti ajaran Buddha tetap sama untuk semua tradisi. Misalnya, persetujuan atas inti ajaran, atau “Titik yang menyatukan” di antara tradisi yang berbeda dengan resmi disahkan oleh Sidang Sangha Buddhis Sedunia di Sri Lanka pada tahun 1966.
Umat Buddha menerima dan menghargai perbedaan, dan menganggap bermacam-macam tradisi hanyalah sebagai jalur yang berbeda untuk tujuan yang sama. Pada umumnya, tradisi yang berbeda-beda ini membantu dan mendukung satu sama lain di sepanjang jalur ini.
Secara singkat, apa sebenarnya tradisi Buddhis yang bermacam-macam ini?
Tradisi Theravada adalah yang tertua dan yang paling konservatif. Ia paling dekat dengan ajaran murni/awal Buddhis seperti yang diajarkan oleh Buddha sendiri. Ia lebih sederhana dari tradisi lain dalam pendekatan, dengan sedikit upacara dan ritual, menekankan hanya pada disiplin dan moralitas dan praktek dari meditasi.
Tradisi Mahayana mulai berkembang di India sekitar 200 B.C. dan 100 A.D. Ia telah menyesuaikan diri dengan bermacam-macam kebudayaan Asia yang menyerap unsur ajaran Hindu dan ajaran Tao. Ajaran Buddhis Mahayana menekankan pada belas kasih dan keyakinan dengan tujuan membantu yang lainnya meraih pencerahan. Sekte Zen, Nichiren dan Tanah Suci tergolong dalam ajaran Buddhis Mahayana.
Tradisi Vajrayana atau Tibet muncul di India sekitar 700 A.D. ketika bhikkhu-bhikkhu Buddhis India membawa ke Tibet label ajaran Buddha dengan praktek Tantra. Ini dikombinasikan dengan unsur agama Bon setempat, memberikan Vajrayana beberapa latihan-latihan uniknya. Ia cenderung bersandaran lebih pada ritual, pembacaan mantra dan visualisasi. Tokoh Buddhis yang paling terkenal, Dalai Lama, adalah kepala spiritual dari tradisi Vajrayana.
Mengapa kata-kata yang sama dieja  secara berbeda dalam tradisi Buddhis yang berbeda-beda?
Di jaman Buddha, bahasa yang umumnya dipakai adalah Pali, berlawanan dengan Sansekerta yang digunakan terutama oleh Brahmin, pendeta ajaran Hindu. Buddha memilih untuk berbicara dan mengajar dalam Pali secara umumnya sebab Beliau menginginkan sebanyak mungkin orang untuk belajar dan mendapatkan manfaat dari ajarannya.
Sekolah Buddhis Theravada menggunakan ejaan dan pelafalan dalam Pali, dan sekolah Mahayana/Zen dan Tibet menggunakan Sansekerta pada umumnya. Contoh dari ejaan Pali adalah Dhamma, kamma dan Nibbana. Versi Sansekerta dari kata-kata ini adalah Dharma, karma dan nirvana.
Buku kecil ini menggunakan ejaan Pali sebab Pali adalah bahasa yang paling dekat dengan apa yang digunakan oleh Buddha sendiri.

0 komentar :

Posting Komentar